This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Juara Liga Indonesia 2010

Titel Djarum ISL, sistem kompetisi penuh dengan jumlah Kontestan 18 tim. 3 tim urutan terbawah (18,17 & 16) terdegradasi, urutan 15 mengikuti play off promosi/degradasi. Regulasi pemain asing (3+2) tiga dari kawasan non Asia, 2 wajib dari kawasan Asia. Juara berhak mendapatkan hadiah 2 milyar plus mengikuti AFC Champions League 2011 (ACL).
Di musim ini bisa dikatakan sebuah musim penuh berkah bagi Arema meskipun pada awalnya sempat terkatung-katung masalah pengelolaan karena baru dilepaskan Bentoel, dan sempat juga ada wacana akan dimerger dengan Persema. Arema adalah tim terakhir dalam pembentukan tim sebelum ISL bergulir. Adalah seorang Robert Alberts yang menjadikan tim yang dimusim ini sangat tidak diperhitungkan menjadi sebuah tim yang mengagumkan dengan menciptakan beberapa rekor, salah satunya kemenangan partai tandang sebanyak 9 kali dan kemenangan mutlak 2-0 di kandang Persiwa Wamena yang sebelumya tidak ada satupun tim yang dapat meraih poin absolut di Wamena. Dari beberapa interview dengan beberapa media massa Meneer Robert selalu berfilosofi, tentang perubahan nama Arema Indonesia, logo Arema, hingga nomer kostum pemain. Semuanya Ia lakukan demi tim dan pemainnya mendapatkan hoki yang bagus, ya dipercaya atau tidak Arema dan pemainnya mendapatkan sebuah pencapaian yaitu dengan gelar juara ISL dan runner up Piala Indonesia, serta bagi pemain sendiri menjadi pemain terbaik ISL, dan menjadi pemain timnas.Itu hanya salah satu faktor sebenarnya masih banyak faktor lain seperti cara memotivasi, pola makan, merecovery, dan hebat dalam urusan strategi.
Sebuah musim yang fantastis bagi Arema setelah menanti hingga tujuh belas tahun untuk menjadi kampiun. Tidak heran setelah meraih gelar juara jalanan di Malang Raya macet total oleh konvoi Aremania yang dilakukan hingga berhari-hari. Sebenarnya musim ini juga bisa dikatakan milik tim-tim dari Malang Raya, perlu diketahui sebelumnya Persema Jr U-18 runner-up LRN Piala Soeratin 2009, Persekam Metro FC juara Divisi I dan tim Banteng Muda yang mayoritas dari Akademi Persema juara Piala Danone U-11 yang otomatis mewakili Indonesia di Afrika Selatan, tapi sayang Persikoba terlempar ke Divisi II.

Rekor-rekor Arema musim 2009/10;
  • Menang dikandang Bontang FC (dulu PKT Bontang) selama mengikuti kompetisi mulai dari era Galatama baru kali ini Arema mencuri 3 poin di Bontang.
  • Pendapatan tiket tertinggi di kandang dengan Rp 1.063.597.600 saat melawan Persema
  • Kemenangan 3 kali berturut-turut atas Persik (1-0, 3-0 & 4-0) yang hampir 8 tahun tak pernah menang
  • Kemenangan tandang atas Persiwa Wamena sebelumnya belum ada satu tim pun yang dapat meraih poin absolut di Wamena
  • Kemenangan tandang terbanyak dengan 9 kali
  • Tandang terbanyak dengan 45.000 Aremania di Senayan ketika berhadapan versus Persija
  • Dengan rata-rata penonton terbanyak di Indonesia dan Asia Tenggara, serta Asia nomer ke-7 (28.770 penonton)
  • Satu-satunya tim yang dihadiri langsung di stadion oleh Presiden dan pejabat negara di pentas Liga Indonesia
Skuad :
Pelatih Kepala: Robert Alberts
Asisten Pelatih: Liestiadi, Joko Susilo, Herman Kadiaman/put I (Dwi Sasmianto/put II)
-------------------------------------------------------------------
No Nama Posisi Main ISL & Gol Main PI & GOL
-------------------------------------------------------------------
45 Aji saka GK [PI: 1 (0) (0)]
1 Kurnia Meiga GK [ISL: 24 (0) (17)] [PI: 7 (0) (4)]
50 Markus Haris (I) GK [ISL: 9 (0) ( 4)]
7 Benny Wahyudi DF [ISL: 29 (0)] [PI: 7 (0)]
30 Hermawan DF [ISL: 10 (0)] [PI: 6 (0)]
21 Irfan Raditya DF[ISL: 18 (0)] [PI: 5 (1)]
20 Johan Ahmad Farizi DF [PI: 1 (0)]
24 Pierre Njanka DF[ISL: 31 (6)] [PI: 6 (1)]
2 Purwaka Yudhi DF[ISL: 18 (0)] [PI: 4 (0)]
27 Waluyo DF[ISL: 11 (0)] [PI: 7 (0)]
3 Zulkifly Syukur DF[ISL: 25 (0)] [PI: 8 (0)]
19 Ahmad Bustomi MF[ISL: 32 (1)] [PI: 8 (0)]
8 Fariz Bhagus Dhinata MF [PI: 1 (0)]
39 Firmansyah Aprilianto MF [PI: 2 (0)]
4 Jalaluddin Main MF[ISL: 2 (0)] [PI: 3 (0)]
37 Juan Revi MF[ISL: 21 (0)] [PI: 7 (0)]
18 Landry Poulangoye (I) MF[ISL: 11 (0)]
5 Muhammad Fachrudin MF[ISL: 32 (8)] [PI: 9 (2)]
6 Muhammad Ridhuan MF[ISL: 34 (5)] [PI: 6 (2)]
9 Roman Chmelo MF[ISL: 32 (14)] [PI: 6 (1)]
10 Ronny Firmansyah MF[ISL: 22 (0)] [PI: 9 (1)]
11 Tommy Pranata MF[ISL: 14 (0)] [PI: 5 (1)]
41 Dendi Santoso FW[ISL: 19 (2)] [PI: 9 (4)]
23 Gherry Setia Adi FW[ISL: 3 (0)]
12 Noh Alam Shah FW[ISL: 30 (14)] [PI: 5 (1)]
14 Rahmat Affandi FW[ISL: 23 (2)] [PI: 9 (3)]
15 Sunarto FW [PI: 2 (1)]
17 Esteban Guillen (II) MF[ISL: 16 (4)] [PI: 3 (0)]
82 Iswan Karim (II) GK[ISl: 1 (0) ( 1)] [PI: 2 (0) (1)]


atas: Robert Alberts, Liestiadi, Juan Revi, Noh Alam Shah, Esteban Guillen, Muhammad Ridhuan, Irfan Raditya, Iswan Karim, Kurnia Meiga, Aji Saka, Pierre Njanka, Zulkifly Syukur, Rahmat Affandi, Roman Chmelo, Hermawan, Waluyo, Dwi Sasmianto, Joko Susilo
bawah: ????, ????, ????, Johan Farizi, Benny Wahyudi, Muhammad Fachrudin, Ronny Firmansyah, Dendi Santoso, Ahmad Bustomi, Tommy Pranata, Firmansyah Aprilianto, Fariz Bhagus, Sunarto, jalaludin Main, ????, dr Albert Rudiyanto

Pertandingan Arema


[Oct 11] Arema 1-0 Persija [Moch. Fakhrudin 53]

[Oct 14] Arema 0-0 PSPS

[Oct 22] Bontang FC 1-2 Arema [Moises Dario Maldonado Olevar 17; Noh Alam Shah 39, 57] (KK: Markus, Fachrudin, Bustomi, Purwaka, Noh Alam Shah)

[Oct 25] Persisam 0-1 Arema [Roman Chmelo 81] (KK: Pierre Njanka 62', Tommy Pranata 78')

[Nov 28] Persitara 0-0 Arema (KK: Chmelo Roman, Noh Alam Shah)

[Dec 2] Pelita Jaya 0-2 Arema [Roman Chmelo 4, Rachmat Affandi 84] (KK: Landry Poulangoye, Chmelo Roman, M Fachrudin, Kurnia Meiga)

[Dec 6] Arema 1-0 Persiwa [Noh Alam Shah 10pen] (KK: Noh Alam Shah)

[Dec 9] Arema 2-1 Persipura [Moch. Fakhrudin 40, 65; Ismail Paulo Rumere 72] (KK: Benny Wahyudi, Markus)

[Dec 12] Persijap 0-1 Arema [Noh Alam Shah 40pen] (KK: M Ridhuan 51', Kurnia Meiga 64', Roman Chmelo 71', M Fachrudin 83')

[Dec 16] Persela 1-0 Arema [Samsul Arif 12] (KK: Noh Alam Shah 5', 36' (KM), M Fachrudin 79')

[Dec 19] Arema 0-0 Persib (KK: Irfan Raditya)

[Dec 23] Arema 3-0 Sriwijaya FC [Pierre Njanka 5, Moch. Fakhrudin 56, Roman Chmelo 60] (KK: Landry Poulangoye)

[Jan 10] Arema 3-1 Persema [Noh Alam Shah 20, 83, Moch. Fahkrudin 33; Jairon Feliciano Damasio 16] (KK: Juan Revi)

[Jan 16] Persebaya 2-0 Arema [Taufiq 19, Andi Oddang 4] (KK: Noh Alam Shah)

[Jan 20] Persik 0-1 Arema [Noh Alam Shah 72] (KK: Benny Wahyudi, Landry P, Pierre Njanka)

[Jan 24] Arema 1-2 Persiba [Dendi Santoso 87; Fery Ariawan 72, 77] (KK: Tommy Pranata)

[Jan 27] Arema 3-0 PSM [Roman Chmelo 4,Noh Alam Shah 39, Moch. Fahkrudin 90] (KK: Ronny Firmansyah, Kurnia Meiga)
Putaran II

[Feb 10] PSM 0-2 Arema [Simon Kujiro 19 (og), Roman Chmelo 74] (KK: Juan Revi)

[Feb 14] Persiba 1-0 Arema [Fery Ariawan 39] (KK: Tommy Pranata, Kurnia Meiga)

[Feb 18] Arema 3-0 Persik [Noh Alam Shah 23, Roman Chmelo 83, Pierre Njanka 90pen] (KK: Pierre Njanka, Irfan Raditya)

[Feb 21] Arema 1-0 Persebaya [Pierre Njanka 90pen] (KK: Zulkifli, Benny Wahyudi, Pierre Njanka)

[Mar 9] Persema 1-3 Arema [Siswanto 15; Esteban Javier Guillen Tejera 33, Roman Chmelo 57, Muhammad Ridhuan 77] (KK: Bustomi 35', Irfan Raditya 75')

[Mar 14] Persib 1-0 Arema [Christian Gonzales 63'] (KK: Dendi Santoso)

[Mar 20] Sriwijaya FC 1-0 Arema [Kayamba Gumbs 64'] (Noh Alam Shah)

[Mar 24] Arema 3-1 Persijap [Esteban 2', Chmelo Roman 37',46' ; Iswanto 64']

[Mar 30] Arema 2-0 Persitara [Ridhuan 35', Dendi 70'] (KK: Zulkifli)

[Apr 3] Arema 6-1 Pelita Jaya [Noh Alam Shah 15', 42',54' , Facrudin 25',49' , Ridhuan 87'; Esteban Vizccara 74'] (KK: Bustomi 12', Zulkifli 83')

[Apr 11] Persiwa 0-2 Arema [Ridhuan 75', Chmelo Roman 80'] (KK: Dendi)

[Apr 24 Persipura 4-1 Arema [Boaz 16',84', Ortizan 57',Stevie Bonsapia 75'; Njanka 18'] (KK: Esteban 56', Zulkifli 65')

[May 4] Arema 2-1 Persela [Chmelo Roman 59',61', Samsul Arif 45'] (KK: Irfan, M Fachrudin, Dendi, Njanka) (KM: NOh Alam Shah)

[May 16] Arema 2-1 Persisam [Pierre Njanka 45+2', Rahmat Afandi 65']

[May 19] Arema 3-0 Bontang FC [Esteban 14', Ridhuan 90', Bustomi 90'+4) (KK: Facrudin 20', Benny Wahyudi 33')

[May 26 PSPS 1-1 Arema [Noh Alam Shah 41'; Jumafo Epandi 47'(p)] (KK: Noh Alam Shah 44', Meiga 77')

[May 30] Persija 1-5 Arema [Bambang P 60'; Esteban 8', Njanka 45' (p), Chmelo Roman 66', 75', Noh Alam Shah 70'] (KK: Fakhrudin 49', Irfan 65')


atas: Along, Zulkifly, Ridhuan, Iswan Karim, Esteban, Njanka
bawah: Fachrudin, Chmelo, Bustomi, Purwaka, Benny

Final Table:


1.Arema (Malang) 34 23 4 7 57-22 73 Champions
2.Persipura (Jayapura) 34 18 13 3 62-32 67
3.Persiba (Balikpapan) 34 15 9 10 44-31 54
4.Persib Maung (Bandung) 34 16 5 13 50-36 53
5.Persija (Jakarta) 34 14 10 10 41-36 52
6.Persiwa (Wamena) 34 15 5 14 57-56 50
7.PSPS (Pekanbaru) 34 14 7 13 43-37 49
8.Sriwijaya FC (Palembang) 34 14 6 14 48-49 48
9.Persijap (Jepara) 34 13 7 14 40-45 46
10.Persema (Malang) 34 13 6 15 43-52 45
11.Bontang FC (Bontang) 34 12 8 14 53-52 44 [*1]
12.Persisam Putra (Samarinda) 34 12 8 14 38-41 44
13.PSM (Makassar) 34 12 7 15 31-46 43
14.Persela (Lamongan) 34 12 6 16 45-55 42
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
15.Pelita Jaya Jawa Barat (Karawang) 34 10 9 15 42-53 39 [*2] Relegation Playoff
------------------------------------------------------------
16.Persik (Kediri) 34 10 9 15 41-55 39 Relegated
17.Persebaya (Surabaya) 34 10 6 18 42-58 36 Relegated
18.Persitara (Jakarta Utara) 34 7 7 20 36-57 28 Relegated

[*1] PKT (Pupuk Kalimantan Timur) berganti nama Bontang FC
[*2] Pelita Jaya Jawa Barat pindah dari Bandung ke Karawang

Promotion/Relegation Playoff
[Aug 10, Palembang]
Pelita Jaya 0-0 Persiram [aet, 4-2 pen]

NB: Pelita Jaya tetap bermain di ISL, Persiram di Divisi Utama
Top Skor: 
19. Aldo Barreto (Bontang FC)
18. Christian Gonzalez (Persib), Beto Gonzalves (Persipura)
17. Erick Weeks Lewis (Persiwa), Boaz Salossa (Persipura)
16. Herman Dzumafo Epandi (PSPS)
15. Kenji Adachiara (Bontang FC), Julio Lopes (Persiba Balikpapan)
14. Kayamba Gumbs

Pemain Terbaik: Kurnia Meiga Hermansyah
Pemain ter-Fair Play: Eduard Ivak Dalam (Persipura)
Tim ter-Fair Play: Sriwijaya FC
Wasit Terbaik: Okki Dwi Putra (Bandung)
Panpel Terbaik: Arema Indonesia
MC Terbaik: Ovan Tobing

Juara Copa Indonesia 2006

Kemenangan Arema atas PSMS di semifinal Copa Indonesia 2006 (agregat 5-3) mengantarkan Singo Edan melaju ke babak final Copa Indonesia 2006. Pada babak final yang berlangsung 16 September 2006, Arema akan menghadapi Persipura. Tim Mutiara Hitam sukses ke final setelah mengalahkan Persija Jakarta lewat agregat 3-1.
Pertemuan antara Persipura dan Arema ibarat final idaman Copa Indonesia edisi kedua.Keduanya merupakan klub yang diunggulkan untuk merengkuh mahkota juara Copa Indonesia 2006. Arema sebagai juara bertahan tentu ingin mengulangi kesuksesan tahun lalu (Juara Copa Indonesia 2005), sementara lawannya Persipura bertekad meraih titel Copa pertama kalinya setelah gagal mempertahankan juara Divisi Utama Liga Indonesia 2006.
Selain memiliki kepentingan terhadap gelar juara Copa tahun ini (2006-red), pertemuan Singo Edan dan Mutiara Hitam menyimpan sedikit aroma dendam tersendiri. Dalam dua pertemuan terakhir keduanya saling mengalahkan di kandang masing-masing.
Pada babak delapan besar Liga Indonesia 2005, Persipura berhasil mengalahkan Arema dengan skor 1-0 di Stadion Mandala Jayapura (18/9). Satu-satunya gol yang terjadi dalam pertandingan tersebut dicetak oleh Eduard Ivakdalam. Sementara itu, pada Laga Spektabola di Stadion Kanjuruhan lalu (30/4) giliran Arema berhasil mempecundangi Mutiara Hitam dengan skor 3-0. Dua gol Franco Hita serta satu gol lainnya dari Joao Carlos mengantarkan kemenangan Arema didepan 25.000 penonton yang datang ke stadion.
Persaingan menjelang final tak hanya dimonopoli kedua klub diatas. Setidaknya beberapa pemain dari kedua tim masih memiliki kesempatan meraih gelar tambahan. Emaleu Serge dari Arema maupun Cristian Carrasco (Persipura) memiliki peluang meraih gelar top skor. Menjelang laga final, Emaleu Serge masih memimpin daftar top skor dengan 9 gol.
Venue pertandingan final diselenggarakan di Gelora Delta Sidoarjo. Pemilihan lokasi pertandingan tersebut sempat menimbulkan polemik. Lokasi pertandingan berdekatan dengan basis pendukung salah satu suporter rival dari Arema, yaitu Bonek (pendukung Persebaya).
Meski dibayangi aroma kerusuhan, PSSI yang memiliki hajat melakukan koordinasi dengan berbagai pihak. Aremania yang berencana mendukung Singo Edan secara langsung pun demikian. Sejak jauh-jauh hari sudah melakukan koordinasi dengan tuan rumah. Gayung bersambut, Deltamania sebagai tuan rumah menyambut baik berapapun Aremania yang akan datang ke Kota Udang tersebut.
Selepas leg kedua semifinal, Aremania langsung merapatkan barisan demi mendukung laga final di Sidoarjo. Beberapa titik pendaftaran dibuka untuk menampung animo suporter yang ingin bertandang. Tour kali ini dilakukan secara terkoordinasi sekalipun masih ada ribuan suporter lainnya yang berencana berangkat secara sendiri/berkelompok.
Selain Aremania, rencananya hampir seribu suporter Persipura juga akan datang ke Gelora Delta. Mereka terdiri dari para mahasiswa perantauan yang tersebar di beberapa kota Jawa Timur dan yang datang dari Papua. Kehadiran mereka diprediksi akan menambah marak suasana. Apalagi selain suporter Persipura dan Arema, ratusan The Jakmania akan hadir mendukung Persija yang akan bertanding dalam perebutan tempat ketiga.
Wilayah Malang Raya pada hari Sabtu, 16 September 2006 semarak dengan warna biru. Ribuan suporter Arema menyemut dibeberapa titik pertemuan. Mereka berencana berangkat ke Sidoarjo demi mendukung Singo Edan berlaga.
Sejak pagi hari gelombang keberangkatan Aremania telah dimulai. Ribuan suporter Arema tersebut berangkat menggunakan beberapa moda transportasi. Beberapa Stasiun Kereta Api di Malang dipenuhi ratusan Aremania yang berencana datang ke Sidoarjo menggunakan Kereta Api Penataran. Demikian halnya Aremania lainnya yang berangkat menggunakan bus, dan kendaraan pribadi.
Kedatangan Aremania ke Stadion Gelora Delta nyaris tak diwarnai insiden berarti. Di jalan mereka tak membuat ulah yang merugikan masyarakat umum. Perwakilan Deltamania juga menyambut rombongan Aremania yang datang secara terkoordinasi tersebut.
Beberapa jam menjelang laga final, kawasan Stadion Gelora Delta sudah dipenuhi lima belas ribu Aremania yang datang dari berbagai penjuru. Mereka mendapatkan kuota sebanyak 10.000 lembar tiket yang ditempatkan dalam tribun ekonomi. Meski demikian Aremania lainnya yang tak mendapat jatah tiket memilih membelinya di ticket box dan calo, termasuk sekitar 1500 Aremania yang membeli tiket untuk tribun VIP.
Pertandingan final Copa Indonesia sendiri dilaksanakan malam hari. Sore harinya digelar pertandingan perebutan tempat ketiga yang mempertemukan Persija dan PSMS. Partai ini dimenangkan Macan Kemayoran (julukan Persija) dengan skor 2-0.
Sejak sore hari ribuan suporter Arema sudah memasuki stadion. Bahkan dua jam menjelang laga final, ribuan Aremania beryel-yel disepanjang tribun ekonomi. Jumlah mereka semakin bertambah seiring waktu bergulir. Menjelang kick off lebih dari separuh stadion telah dipenuhi lautan suporter berwarna biru. Suporter Persipura sendiri berada disudut seberang stadion dengan jumlah ratusan penonton.
Jika Aremania datang ke stadion secara lancar, tak demikian halnya dengan Arema. Kedatangan mereka sedikit terlambat akibat kemacetan yang dialami. Dari hotel tempat mereka menginap diperlukan waktu sekitar satu jam perjalanan. Praktis sisa waktu jelang kick off yang tak banyak membuat skuad Arema harus melakukan pemanasan seadanya.
Meski persiapan tak lancar, tekad penghuni skuad Singo Edan tetap menggebu. Selama pemain melakukan pemanasan, belasan ribu Aremania memberikan dukungan kepada para pemain Arema.
Di bench pemain, kedua pelatih menatap serius persiapan laga ini. Benny Dollo (pelatih Arema) seperti biasanya menyiapkan the winning team-nya untuk memenangkan laga ini. Yang berbeda hanyalah Ahmad Kurniawan yang menggantikan Kurnia Sandy sebagai penjaga gawang. Sementara di lini depan Emaleu Serge akan ditemani Marthen Tao. Dari posisi sayap, Bendol (sapaan akrab Benny Dollo) masih mempercayakannya kepada Erol Iba dan Alex Pulalo.
Mettu Duaramuri sebagai pelatih Persipura sendiri juga bertekad memenangkan laga ini. Ia masih mempercayakan sebagian posisi starter kepada punggawa Mutiara Hitam yang setahun sebelumnya memenangkan gelar Divisi Utama.
Jendri Pitoy masih dipercaya mengawal gawang Persipura. Demikian halnya sederet pemain lain seperti Jack Komboy, Christian Worabay (pemain terbaik Liga Indonesia 2005), Eduard Ivakdalam, Victor Igbonefo, Korinus Fingkreq, dan Mauly Lessy.
Sama halnya dengan Arema yang tak diperkuat Franco Hita, pada pada pertandingan final ini Persipura tak dapat memainkan Boaz Salossa setelah menerima akumulasi kartu kuning dari babak sebelumnya.
Dalam cuaca yang cerah, belasan ribu Aremania membentangkan syal dan bendera merah putih sembari menyanyikan lagu Padamu Negeri menjelang kick off pertandingan. Pertandingan ini dipimpin oleh wasit Jimmy Napitupulu serta disiarkan langsung oleh salah satu televisi swasta nasional.
Sejak peluit tanda pertandingan dimulai, kedua tim memainkan menyuguhkan permainan cepat. Para pemain Arema menguasai ball possesion pada lima belas menit pertama. Meskipun demikian tidak banyak peluang tercipta. Beberapa kali serangan yang dibangun Singo Edan mentah.
Kendati terus ditekan disepanjang lima belas menit pertama, para pemain Persipura mencoba bangkit dan menguasai lini tengah. Mereka bertekad segera mencetak gol demi meraih kemenangan. Sayangnya langkah Mutiara Hitam mengalami hambatan. Christian Carrasco yang menjadi ujung tombak harus diganti oleh Anthon Mahuse pada menit ke-15 akibat cedera.
Keluarnya Christian Carrasco tentu memberikan angin segar kepada Arema dan Emaleu Serge. Praktis gelar top skor Copa Indonesia 2006 dipastikan akan digenggam pemain Kamerun tersebut karena hanya ia satu-satunya kandidat pemain yang paling memungkinkan merebut gelar tersebut.
Meski kang berada ditangan Arema, namun tak ada gol yang tercipta disepanjang babak pertama. Para pemain Persipura sendiri mengawal pertahanannya dengan disiplin tinggi.
Di babak kedua Arema mencoba bermain lepas. Pertandingan baru berjalan sekitar lima menit salah satu pemain belakang Persipura, Mauly Lessy melakukan hands ball di kotak terlarang. Tak ayal wasit Jimmy Napitupulu segera menunjuk titik putih.
Aris Budi Prasetyo yang ditunjuk sebagai eksekutor tak menyia-nyiakan kesempatan. Tendangannya ke gawang Mutiara Hitam tak dapat dibendung Jendri Pitoy. Skor berubah menjadi 1-0 untuk keunggulan Arema. Gol ini disambut oleh belasan ribu Aremania yang memadati sekitar dua pertiga tribun stadion.
Lahirnya gol tersebut mengubah jalannya pertandingan. Pemain Persipura berusaha untuk menyamakan kedudukan. Beberapa peluang mereka miliki meskipun tak menghasilkan gol.
Para pemain Singo Edan sendiri juga berusaha menambah gol demi mengamankan keunggulan yang mereka miliki. Tujuh menit setelah gol yang dicetak Aries B.P., Singo Edan menambah keunggulan melalui sontekan Anthony Jommah Ballah.
Golden Momen Copa Indonesia 2006
Pemain Kamerun tersebut berhasil mengubah skor setelah memanfaatkan kemelut yang terjadi didepan gawang Jendri Pitoy. Dengan posisi yang tak terjaga ia melakukan sedikit gerakan akrobatik dan menyontek bola ke gawang Persipura. Arema berhasil menambah skor menjadi 2-0.
Tersengat oleh gol Jommah Ballah, pemain Persipura berusaha untuk terus menyerang ke arah pertahanan Arema. Pada momen ini para pemain Singo Edan meredam tiap serangan Mutiara Hitam dengan baik. Mereka bermain sabar dan sesekali melakukan serangan balik ke arah pertahanan Persipura lewat kedua sayapnya.
Lima belas menit terakhir pemain Arema menguasai kendali permainan dan tak menyisakan banyak peluang bagi pemain Persipura untuk membangun serangan. Skor 2-0 tak berubah hingga akhirnya wasit Jimmy Napitupulu meniup peluit panjang dan disambut belasan ribu Aremania yang bersorak sorai hampir sepanjang pertandingan.
Keadaan kontras terjadi diatas lapangan. Beberapa pemain Persipura terlihat sedih karena gagal memenangkan gelar Copa untuk pertama kalinya. Sedangkan di sisi lainnya, seluruh penghuni skuad Arema berpesta. Apalagi mereka menciptakan sejarah baru dengan berhasil menjuarai Copa Indonesia untuk kedua kalinya secara berurutan.
Arema sebagai juara Copa Indonesia menerima hadiah sebesar Rp 1.500.000.000, serta ditambah subsidi Rp 500.000.000,00 untuk mengikuti Liga Champions Asia 2007. Persipura yang duduk di posisi kedua mendapat hadiah uang Rp 750.000.000,00.
Kesuksesan Arema juga semakin berlipat. Aries Budi Prasetyo yang menjadi salah satu pencetak gol dalam pertandingan final ini mendapat anugerah sebagai pemain terbaik. Pemain yang pernah memperkuat Singo Edan pada tahun 1994 lalu tersebut meneruskan jejak Firman Utina, sebagai pemain Arema yang meraih penghargaan serupa. Sepanjang gelaran Copa Indonesia 2006, Aries Budi Prasetyo sudah mencetak tiga gol.
Selain Aries, kegembiraan juga dialami oleh Emaleu Serge. Pemain Kamerun tersebut mendapat gelar top skor Copa dengan 9 gol. Ia berhasil memperbaiki catatan prestasinya diajang Copa Indonesia setelah semusim sebelumnya 'hanya' mencetak 7 gol dan duduk sebagai runner up top skor dibelakang Javier Roca (Persegi).
Aremania yang setia mendukung kesebelasan Singo Edan dilaga final juga diganjar gelar 'The Best Supporter' dan hadiah uang Rp 75.000.000,00 oleh penyelenggara. Gelar ini adalah yang kedua bagi suporter Arema tersebut setelah ditahun 2000 lalu pernah mendapat penghargaan dari Agum Gumelar, Ketua Umum PSSI saat itu.
Penilaian suporter ini pun dilakukan secara unik. Tiga wartawan dari tiga media dipilih secara acak guna mendampingi Joko dan pihak Dji Sam Soe untuk memilih suporter pada saat final. Aremania terpilih setelah unggul dalam sedikitnya tiga kriteria penilaian meliputi 'Big is beautiful', kemampuan untuk mendukung tim secara mandiri dan membantu peningkatan sepakbola nasional.

Data Final Copa Indonesia 2006:

Arema Malang 2-0 Persipura Jayapura
Pencetak Gol : Arif Budi Prasetyo 51pen, Anthony Jomah Ballah 58 (Arema)
Waktu pertandingan : Stadion Gelora Delta Sidoarjo
Jumlah penonton : 20.000
Susunan Pemain
Arema
31-Achmad Kurniawan; 23-Akira Leonard Soputan, 2-Alexander Pulalo, 4-Andela Atangana Guy De Marie (5-Wasidi 75), 10-Anthony Jomah Ballah (22-Joao Carlos Quintao DS 87), 18-Aries Budi Prasetyo, 3-Erol F X Iba, 14-I Putu Gede (cap), 19-Marthen Tao (15-Firman Utina 79), 11-Serge Emaleu Ngomgue, 27-Sutaji | P
emain pengganti (tak bermain) : 1-Kurnia Sandy; 25-Arif Suyono, 16-Rasmoyo, 29-Sunar Sulaiman;
Pelatih : Benny Dollo
Persipura
1-Jendry Pitoy; 9-Cristian Carrasco (19-Anthon Roni Mahuse 13), 24-Christian Worabay, 6-David Darocha, 10-Eduard Ivakdalam (cap), 14-Jack Komboy, 12-Korinus Fingkreuw, 17-M Maully Lessy, 23-Nsangue Raymond (8-Kalamen Yves 71), 4-Ricardo Salampessy, 32-Victor Igbonefo |Pemain pengganti (tak bermain) : 5-Ardilles Rumbiak, 20-Edy Rosady, 16-Imanuel Wanggai, 15-Paulo Rumere, 18-Ridwan Bauw;
Pelatih : Mettu Duaramuri
Wasit : Jimmy Napitupulu
Kartu Kuning : Akira Leonard Soputan 31, I Putu Gede 52, Anthony Jomah Ballah 59 (Arema); M Maully Lessy 53, Victor Igbonefo 57, Christian Worabay 64, Ricardo Salampessy 89 (Persipura)
Pemain terbaik : Aries Budi Prasetyo
Top Skor : Emaleu Serge (9 Gol)
Suporter Terbaik : Aremania

Fakta Final Copa Indonesia 2006

  1. Copa Dji Sam Soe musim 2006 dibuka dan ditutup dengan pertandingan dari dua tim yang sama. Tim Arema dan Persipura pertama kali bertemu pada turnamen ekshibisi Laga Spektabola, 9 Mei 2006. Mereka kemudian menutupnya di final. Dua pertandingan itu dimenangkan Arema (3-0, 2-0).
  2. Anthony Jomah Ballah (Arema Malang) menjadi penendang pertama. Dia kemudian mengoperkannya kepada Emalue Serge.
  3. Gelandang Arema Malang, Joao Carlos menjadi pemain terakhir yang menendang bola sebelum Wasit Jimmi Napitupulu meniup peluit tanda usai pertandingan.
  4. Christian Carrasco (Persipura Jayapura) menjadi pemain pertama yang terjatuh karena diganjal lawan. Tapi, insiden itu tidak dinilai sebagai sebuah pelanggaran.
  5. Arema melakukan 15 kali pelanggaraan dan Persipura tercatat 19 kali melakukannya.
  6. Tendangan ke arah gawang pertama dilakukan Sutaji (Arema Malang) pada menit ketiga. Tendangannya masih membentur kaki pemain Persipura yang berdiri di mulut gawang.
  7. Kapten Arema I Putu Gede menjadi pemain pertama yang mengambil free kick. 8. Carrasco menjadi pemain pertama yang ditarik keluar akibat cedera pada menit. Dirinya juga tercatat sebagai pemain starter yang paling sedikit tampil di pertandingan final Copa Dji Sam Soe.
  8. Joao Carlos menjadi pemain pengganti yang paling sedikit tampil. Ia baru dimasukkan pada menit 87 sekaligus menjadi pemain pengganti terakhir.
  9. Anthon Mahuse (Persipura Jayapura) tercatat sebagai pemain pengganti pertama.
  10. Tendangan sudut pertama dilakukan oleh David da Rocha (Persipura Jayapura).
  11. Selama pertandingan, Persipura mendapat lima tendangan sudut. Sedangkan Arema empat kali melakukannya.
  12. Marthen Tao (Arema Malang) menjadi pemain pertama yang terperangkap offside. Gol yang diciptakannya juga dianulir karena dia terjebak offside. Ini menjadi satu-satunya gol yang dianulir selama final.
  13. Pemain Arema Malang tercatat empat kali terperangkap offside. Sedangkan Persipura Jayapura lima kali.
  14. Bek Arema Leonard Soputan menjadi pemain pertama yang mendapat kartu kuning. Ricardo Salampessy (Persipura Jayapura) tercatat sebagai pemain terakhir yang mendapat kartu kuning.
  15. Aries Budi Prasetyo (Arema Malang) menjadi pemain pertama yang mencetak gol dari titik penalti.
  16. Ini menjadi penalti pertama yang tercipta pada pertandingan final.
  17. Tercatat delapan pemain asal Papua menjadi starter di kedua tim finalis. Persipura menurunkan Ricardo Salampessy, Jack Komboy, Christian Worabay, Edward Ivakdalam, Korinus Fingkreuw. Dari Arema Malang menampilkan Alexander Pulalo, Erol FX Iba dan Marthen Tao.
  18. Pemain utama yang absen pada pertandingan final adalah Boaz T. Solossa (Persipura Jayapura) dan Franco Hita (Arema Malang). Keduanya sama-sama absen karena akumulasi kartu kuning.
  19. Dari pemain Arema yang tampil di final, hanya empat pemain yang menjadi starter di final musim lalu yaitu Alexander Pulalo, Erol Iba, I Putu Gede dan Emaleu Serge.
  20. Gelar Best Player selalu menjadi milik Arema. Musim lalu, Firman Utina yang terpilih. Kini, Aries Budi yang menjadi terbaik.

Juara Copa Indonesia 2005

Klub kasta teratas (28) & dari kasta kedua (27) serta tambahan 7 klub terbaik diambil dari kasta ketiga

Round 1
Wilayah IV (Jawa Timur)

First Legs [Jun 15] Arema 4-2 Persela [Marthen Tao 2, 4, Emeleu Victor Serge 31, Lourival Lima Filho 81; Oscar Aravena 30pen, Frederico Jose Preitas de Assis 62]
Second Legs[Jul 19] Persela 0-0 Arema

Round 2

First Legs [Jul 27] Arema 4-0 Deltras [Francis Younga 4, Gendut Doni 24, 41, 57]
Second Legs [Aug 27] Deltras awd Arema [Deltras mundur, Arema memperoleh kemenangan W/O 0-3]

1/8 Finals


First Legs [Sep 8] PSDS 1-4 Arema [Ansyari Lubis 2; Franco Hita 38, Emanuel Sergei 72, 80, Marthen Tao 87]
Second Legs [Sep 12] Arema 2-1 PSDS [Emaleu Serge 24, Franco Hitta 60; Tomi Pranata 87]

Quarterfinals

NB: Persebaya didiskualifikasi dari Copa Indonesia karena mundur pada saat pegelaran babak 8 besar liga indonesia.

First Legs [Sep 29] Persegi o/w Arema [Persegi dns]
Second Legs [Oct 2] Arema w/o Persegi

Semifinals 

First Legs [Nov 10] PSS 0-2 Arema [Emaleu Serge 20, 75]
Second Legs [Nov 13] Arema 3-0 PSS [Franco Hitta 8, Emaleu Serge 32, Joao Carlos 58]

Final
[Nov 19, Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta; att: 55,000]
Persija 3-4 Arema [aet]
[Adolfo Fatecha 12, Batoum Roger 57pen, Kurniawan Dwi Julianto 89;
Franco Hita 20, Firman Utina 55, 85, 96]

[Persija: 33-Mukti Ali Raja, 14-Ismed Sofyan, 7-Aris Indarto (cap),
5-Charis Yulianto, 23-Hamka Hamzah, 6-Ortizan Solossa (16-Dedi
Sutrisno 93), 9-Francis Wewengkang, 17-Deca Dos Santos (8-Agus
Supriyanto 67), 19-Lorenzo Cabanas (10-Kurniawan DY 87), 29-Roger
Batoum, 24-Adolfo Fatecha; unused subs: 1-Hendro Kartiko, 2-Mulki
Alif Hakim, 25-Nur Ichsan, 77-Jainal Ichwan; coach: Arcan Iurii
Anatolievieci;
Arema: 20-Silas Ohee, 2-Alexander Pulalo, 3-Erol Iba, 5-Warsidi,
29-Sunar Sulaiman, 6-Claudio Jesus, 14-I Putu Gede (cap),
22-Joao Carlos (17-Zainuri 88), 15-Firman Utina, 28-Emaleu Serge
(30-Francis Yonga 90), 9-Franco Hitta (19-Marten Tao 99); unused
subs: 1-Kurnia Sandi, 11-Firman Basuki, 25-Arif Suyono,
18-Aris Budi Prasetyo; coach: Benny Dollo;
yellow cards: Persija: Lorenzo Cabanas 23, Deca Dos Santos 59,
Aris Indarto 62, Adolfo Fatecha 88, Ismed Sofyan 119;
Arema: I Putu Gede 17, Warsidi 28, Alexander Pulalo 33,
Erol Iba 83;
red cards: Persija: Aris Indarto (77, 2 yellows); Arema: Alexander Pulalo (67, 2 yellows);
ref: Jajat Sudrajat (Bandung)

Top skor: Javier Roca (Persegi) 11 gol
Pemain Terbaik : Firman Utina (Arema)

Juara Divisi Utama 2004

Pertarungan dahsyat tersaji dalam Final Divisi I Liga Indonesia 2004. Pada partai penentuan juara yang digelar di Gelora Bung Karno tersebut, akan mempertemukan dua tim tangguh yang menjadi penguasa di wilayahnya. Tim Arema Malang yang menjadi Juara Wilayah Timur akan menghadapi juara Wilayah Barat PSDS Deli Serdang.
PREMATCH
Arema sendiri tampil digdaya pada babak penyisihan. Bertanding sebanyak 22 kali, mereka membukukan 16 kali menang, 3 kali seri dan 3 kali kalah. Total mereka melesakkan 37 gol ke gawang lawan, berbanding kebobolan 8 gol ke gawang sendiri. Singo Edan menampilkan hasil yang brilian diatas lapangan. Di Wilayah Barat mereka tampil sebagai klub dengan rekor pertahanan dan penyerangan terbaik dibandingkan kontestan lainnya.
Arema ibarat tim mega bintang di level Divisi I. Mereka diperkuat kuartet pemain Brazil seperti Claudio Jesus, Junior Lima Filho, Rivaldo Costa dan Joao Carlos.Barisan skuad lokalnya pun tak kalah mentereng karena banyak diperkuat oleh pemain yang memiliki pengalaman bermain di Divisi Utama dan Timnas Indonesia.
Di posisi penjaga gawang Singo Edan memiliki Kurnia Sandy yang pernah menjadi andalan Timnas Indonesia. Selain itu materi pemain Singo Edan diperkuat Aris Budi Prasetyo dan Sonny Kurniawan (sebelumnya membela Petrokimia Putra dan mengantarkannya sebagai Juara Divisi Utama 2002), Erol Iba (Semen Padang), beserta Sunar Sulaiman (Barito Putra).
Arema juga mengontrak beberapa pemain yang sebelumnya memperkuat Deltras Sidoarjo seperti I Putu Gede (pemain Timnas Indonesia), Sutaji, Isdiantono. Untuk mengantarkan Arema kembali ke habitatnya di Divisi Utama, Singo Edan juga memperpanjang kontrak beberapa pemain lama, misalnya Aji Santoso, Stenly Mamuaya, dll.
Pada musim tersebut Arema dilatih oleh Benny Dollo yang berpengalaman melatih Persita dan Timnas Indonesia. Selama mempersiapkan diri menghadapi Divisi I, persiapan Singo Edan tak main-main. Mereka hampir saja merekrut eks Timnas Indonesia, Bejo Sugiantoro dan Hendro Kartiko sebelum terlibat perseteruan dengan Persebaya.
Pada sesi pramusim, Arema juga menggelar ujicoba melawan klub negeri seperti lawatan menghadapi Malacca Telekom, Selangor MPPJ (Malaysia) dan DPMM dari Brunei Darussalam. Di kandang sendiri mereka juga mengundang Selangor FA pada 13 Januari 2004. Dengan persiapan yang berjibun tersebut tak salah jika Arema dianggap sebagai kontestan terkuat diantara klub Divisi I lainnya.
Sementara itu rival yang dihadapi Singo Edan di final, PSDS Deli Serdang tak dapat dianggap enteng. Mereka tampil sebagai jawara Wilayah Barat dengan menyisihkan beberapa unggulan seperti Persema, Persijap dan Petrokimia Putra. Dari 22 pertandingan mereka berhasil 12 kali menang, 2 kali seri dan 8 kali kalah.
Tim Traktor Kuning (julukan PSDS) tersebut berhasil mencetak 45 gol kegawang lawan, dan kebobolan 28 kali. PSDS sepanjang babak penyisihan juga tampil sebagai tim dengan kemampuan menyerang yang baik bilamana dilihat dari jumlah gol yang dihasilkan. Alhasil pertandingan final diprediksi akan berlangsung seru dengan menampilkan tim yang memiliki rekor pertahanan dan menyerang terbaik pada musim tersebut.
Salah satu faktor utama keberhasilan PSDS terletak di tangan bomber Sergei Agangga. Di musim tersebut ia tampil sebagai top skor tim, dengan sedikitnya 23 gol dicetak ke gawang lawan. Selain Sergei Agangga mereka memiliki beberapa pemain bagus seperti Fernando Guajardo, mantan pemain Timnas Primavera, Ansyari Lubis maupun pemain muda sekaliber Tommy Pranata (kelak membela Arema dan ikut mengantarkannya sebagai Juara ISL 2009/10).
Sebelum mengikuti pertandingan final, kedua tim telah menunjukkan kedigdayaannya dibabak 6 besar. PSDS menjadi di Grup 1 dengan 6 poin hasil dari mengalahkan Persegi 2-1(4/10) dan Persijap 3-1(9/10). Demikian pula dengan Arema, skuad asuhan Benny Dollo tersebut menunjukkan superioritasnya dengan menggebuk Persema 4-1(4/10) dan Persibom(9/10).
Dengan berstatus sebagai juara Grup, kedua tim sebenarnya telah dipastikan lolos ke Divisi Utama. Partai final tersebut tak ubahnya sebagai seremonial penentuan juara semata. Meski demikian kedua tim mempersiapkan diri dengan baik dan mereka tetap all out, seakan tak ingin pulang ke kandang masing-masing tanpa piala kemenangan.
DUKUNGAN AREMANIA
Perjuangan Arema menembus final tak dilakukan seorang diri. Selama babak enam besar mereka didukung suporternya yang melakukan perjalanan 900km dari Malang menuju Jakarta.
Suporter yang datang ke Jakarta tersebut umumnya memakai atribut kebesaran Singo Edan yang berwarna biru. Kedatangan mereka ke Jakarta terbagi dalam beberapa kelompok. Seribuan suporter menggunakan Kereta Api Matarmaja yang disewa untuk berangkat ke Jakarta. Sebagian lainnya memilih berangkat menggunakan bus.
Selama semingguan di Jakarta mereka terkoordinasi untuk menempati penampungan di Stadion Lebak Bulus(venue babak enam besar), Gelora Bung Karno, GOR Bulungan, dll. Selama di Senayan, mereka memanfaatkan teras stadion sebagai tempat berteduh. Untungnya cuaca selama di Jakarta cukup bersahabat dan tak menyulitkan mereka untuk bernaung.
Selama di Jakarta ribuan Aremania rela mengeluarkan kocek pribadi demi mendukung tim pujaannya agar lolos ke Divisi Utama. Perjuangan Aremania untuk 'tirakat' mendapatkan simpati dari beberapa tokoh Malang yang bermukim di Jabotabek.
Kebutuhan makan dan minum sebagian disupport oleh Arema Batavia (komunitas Arek Malang yang bermukim diwilayah Jakarta dan sekitarnya). Mantan pembalap nasional yang saat ini menjadi pengusaha, Tinton Soeprapto juga tak tinggal diam. Ada juga mantan suami Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini Soewandi, Didik Soewandi, dan lainnya. "Mereka banyak membantu suporter jika Aremania ke Jakarta. Mereka bisa membantu makan teman-teman dan bahkan tak jarang juga memberi uang saku," jelas koordinator tour, H. Slamet dari Tongan.
Bagi suporter yang bermodal pas-pasan, untuk mengakali kebutuhan hidup di Jakarta yang mahal tak harus dilakukan dengan cara kriminal. Sebagian Aremania memiliki ide kreatif mencari uang demi menonton Arema. Mereka berjualan atribut Arema ataupun oleh-oleh khas Malang (Keripik Tempe, dll). Hasilnya lumayan karena ongkos yang yang mereka keluarkan sebagian tertutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari berdagang.
Selama di Jakarta, kehadiran ribuan Aremania tersebut mendapat respon positif dari mesyarakat dan media massa. Setidaknya laporan negatif yang diakibatkan oleh oknum suporter jarang terjadi. Media massa sekaliber Jawa Pos dan BOLA memberikan respon positif terhadap dukungan Aremania di Jakarta.
MOMEN JUARA
Pertandingan final Divisi I Liga Indonesia 2004 digelar di Gelora Bung Karno (11/10).Sekitar 10.000 Aremania mendukung perjuangan Tim Singo Edan dibabak final. Keberadaan suporter yang atributnya berwarna biru tersebut tampak dominan diantara penonton yang hadir. Bisa dibilang hampir seluruh penonton yang hadir dalam laga tersebut didominasi suporter Arema.
Arema yang didukung ribuan suporternya tak ingin pulang tanpa hasil. Benny Dollo nyaris menurunkan kekuatan penuh pada pertandingan kali ini. Hanya Erol Iba yang tak dapat bermain pada laga final dan digantikan oleh Firman Basuki. Selain Erol, posisi lini depan dipercayakan kepada Rivaldo Costa beserta tandemnya, Marthen Tao. Junior Lima sendiri dipersiapkan duduk di bangku cadangan.
Pertandingan wasit dalam pertandingan final saat itu dipimpin oleh Aeng Suarlan. Pertandingan dilaksanakan pada cuaca yang cerah. Arema memakai kostum berwarna dominan hitam, sedangkan PSDS menggunakan jersey kebesaran berwarna kuning.
PSDS mendapat kesempatan mengambil kick off babak pertama. Awal pertandingan kedua tim mencoba menguasai kendali permainan. Meski demikian Arema mendapat peluang pertama di menit ke-4. Pelanggaran keras kepada Sonny Kurniawan, membuat Singo Edan mendapat hadiah tendangan bebas di samping kiri daerah pertahanan tim Traktor Kuning tersebut. Sayang crossing gagal membuahkan gol karena sundulan pemain depan Arema terlampau melambung diatas mistar.
Menit ke-12, PSDS hampir mendapatkan gol pertamanya. Tendangan bebas dari luar kotak penalti melaju deras ke gawang yang dikawal oleh Kurnia Sandy. Beruntung kiper yang pernah bermain di Sampdoria tersebut dapat mengamankan gawangnya.
Pada 15 menit pertandingan yang kedua dibabak pertama, Arema kembali menguasai pertandingan. Beberapa kali I Putu Gede, dkk mendapatkan peluang yang nyaris berbuah gol. Pada menit ke-20 skor pertandingan nyaris berubah andai sundulan Marthen Tao tak menyentuh tiang gawang PSDS. Hingga berakhirnya babak pertama kedua tim gagal menyarangkan bola kegawang lawannya. Babak pertama selesai dengan skor kacamata.
Menyadari Singo Edan kesulitan mencetak gol ke gawang lawannya, pelatih Benny Dollo berinisiatif mempertajam lini depan. Rivaldo Costa yang tampil dibawah form digantikan oleh kompatriotnya, Junior Lima. Pergantian pemain tersebut cukup positif menambah gedor dan daya serang Arema.
Dibabak kedua Arema menguasai kendali permainan. Permainan cantik yang dikomandoi Joao Carlos sebagai playmaker membuat pemain PSDS harus bekerja ekstra. Apalagi beberapa pemain Arema melakukan gerakan tanpa bola dan siap melakukan 'tusukan' yang membahayakan gawang lawannya.
Sejak awal babak kedua Singo Edan mengambil insiatif menyerang lawannya. Hasilnya peluang emas pertama mereka dapatkan lewat tendangan sudut. Corner Kick yang diambil Firman Basuki disambut sundulan pemain Arema yang diteruskan kepada Junior Lima yang berdiri bebas didepan gawang PSDS. Pemain Brazil tersebut langsung meneruskan umpan rekannya dengan sundulan yang dialamatkan ke gawang lawannya, sayang kiper PSDS, Dede Sulaiman dapat membaca arah bola tersebut.
Di menit ke-71, Arema nyaris merubah skor pertandingan sore itu. Berawal dari crossing yang dilakukan Sonny Kurniawan ke gawang PSDS, bola yang dikirimkannya sebenarnya dapat dibuang langsung oleh pemain belakang tim Traktor Kuning. Namun pemain belakang tersebut gagal mengantisipasi datangnya arah bola sehingga bola jatuh didekat Marthen Tao. Posisinya yang bebas tak terkawal membuatnya leluasa untuk meneruskan arah bola kegawang lawan. Sayang sundulannya gagal berbuah gol karena bola menyentuh mistar gawang.
Meski gagal merubah skor, I Putu Gede, dkk tetap tampil semangat. Pada menit ke-87, Junior Lima Filho terjatuh di kotak penalti. Pemain Brazil tersebut sempat mengangkat tangan dan meminta penalti diberikan. Sayangnya wasit Aeng Suarlan tidak melihat terjatuhnya Junior sebagai pelanggaran dan permainan tetap berlanjut. Babak kedua akhirnya masih berakhir dengan skor 0-0.
Dibabak perpanjangan waktu skuad Singo Edan masih menunjukkan dominasi permainannya. Mereka menguasai lini tengah dan nyaris hanya menyisakan sedikit peluang bagi PSDS untuk merangsek ke gawang Arema. Singo Edan juga beberapa kali nyaris mencetak peluang lewat kemelut gawang yang terjadi didepan gawang PSDS. Sayang rapatnya pertahanan dari tim Traktor Kuning membuat Arema gagal mencetak gol.
Aroma adu penalti terbayang dibenak penonton yang hadir kala itu. Maklum hingga 2 menit menjelang babak perpanjangan waktu berakhir, skor masih tetap imbang untuk kedua tim. Namun kekhawatiran tersebut sirna ketika di menit ke-119 Marthen Tao berhasil mengoyak gawang Dede Sulaiman melalui kemelut didepan gawang PSDS. Gol yang dicetak pemain kelahiran 4 Maret 1979 tersebut seolah membayar hutang kegagalan Marthen diwaktu normal.
Gol yang dicetak pemain asal Sorong tersebut disambut sukacita oleh Aremania di tribun timur. Selepas peluit tanda berakhirnya pertandingan ditiup oleh Aeng Suarlan, ratusan Aremania berhampuran ke arah lapangan. Beberapa diantara mereka menyerbu pemain Arema demi meminta 'cendera mata' berupa kaus dan celana.
Arema sebagai juara Divisi I berhak mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 250.000.000,00 beserta piala. Selepas seremoni penyerahan piala duo penyerang Arema, Junior Lima dan Rivaldo Costa mengarak trophy kemenangan tersebut ke arah tribun timur yang ditempati Aremania.
DATA PERTANDINGAN
Arema vs PSDS 1-0
Pencetak Gol : Marthen Tao (menit ke-119)
Wasit : Aeng Suarlan
Skuat Arema :
Kurnia Sandy, Sonny Kurniawan, Firman Basuki, Claudio Jesus, Sunar Sulaiman, Aris Budi Prasetyo, I Putu Gede(c), Joao Carlos, Rivaldo Costa, Stenly Mamuaya, Marthen Tao. Pelatih Benny Dollo
Cadangan : Silas Ohee, Hermawan, Zaenuri, Sutaji, Nanang Supriadi, Donny Saperi, Junior Lima
Skuat PSDS :
Dede Sulaiman, Arisnanto, Rifki Firdaus, Syafruddin, M. Yusuf, Mohamed Lamine, Ansyari Lubis(c), Tommy Pranata, Didi Firmansyah, Putut Waringin, Fernando Guajardo. Pelatih Syahrial
Cadangan : Irwin R, Geribaldi N., Marcello R., Sugianto, Irwansyah, Suwarno, Ade CHandra

Profil Arema



Arema Indonesia (dahulu, Arema FC dan Arema Malang) adalah sebuah klub sepak bola yang bermarkas di Malang, Jawa Timur, Indonesia. Arema didirikan pada tanggal 11 Agustus 1987, Arema mempunyai julukan "Singo Edan" . Mereka bermain di Stadion Kanjuruhan dan Stadion Gajayana. Arema adalah tim sekota dari Persema Malang. Di musim 2010-11, di acara launching sempat menggunakan nama Arema FC, namun dua hari kemudian kembali lagi ke nama Arema Indonesia.

Sejak hadir di persepak bolaan nasional, Arema telah menjadi ikon dari warga Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) dan sekitarnya. Sebagai perwujudan dari simbol Arema, hampir di setiap sudut kota hingga gang-gang kecil terdapat patung dan gambar singa. Kelompok suporter mereka dipanggil Aremania dan Aremanita (untuk pendukung wanita)

Nama Arema pada masa Kerajaan
Nama Arema adalah legenda Malang. Adalah Kidung Harsawijaya yang pertama kali mencatat nama tersebut, yaitu kisah tentang Patih Kebo Arema di kala Singosari diperintah Raja Kertanegara. Prestasi Kebo Arema gilang gemilang. Ia mematahkan pemberontakan Kelana Bhayangkara seperti ditulis dalam Kidung Panji Wijayakrama hingga seluruh pemberontak hancur seperti daun dimakan ulat. Demikian pula pemberontakan Cayaraja seperti ditulis kitab Negarakretagama. Kebo Arema pula yang menjadi penyangga politik ekspansif Kertanegara. Bersama Mahisa Anengah, Kebo Arema menaklukkan Kerajaan Pamalayu yang berpusat di Jambi. Kemudian bisa menguasai Selat Malaka. Sejarah heroik Kebo Arema memang tenggelam. Buku-buku sejarah hanya mencatat Kertanegara sebagai raja terbesar Singosari, yang pusat pemerintahannya dekat Kota Malang.

Nama Arema di dekade '80-an

Sampai akhirnya pada dekade 1980-an muncul kembali nama Arema. Tidak tahu persis, apakah nama itu menapak tilas dari kebesaran Kebo Arema. Yang pasti, Arema merupakan penunjuk sebuah komunitas asal Malang. Arema adalah akronim dari Arek Malang. Arema kemudian menjelma menjadi semacam "subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter bagi masyarakat Malang. Diyakini, Arek Malang membangun reputasi dan eksistensinya di antaranya melalui musik rock dan olahraga. Selain tinju, sepak bola adalah olahraga yang menjadi jalan bagi arek malang menunjukkan reputasinya. Sehingga kelahiran tim sepak bola Arema adalah sebuah keniscayaan.

Awal mula berdirinya PS Arema
(Arema Football Club/Persatuan Sepak Bola Arema nama resminya) lahir pada tanggal 11 Agustus 1987, dengan semangat mengembangkan persepak bolaan di Malang. Pada masa itu, tim asal Malang lainnya Persema Malang bagai sebuah magnet bagi arek Malang. Stadion Gajayana home base klub pemerintah itu selalu disesaki penonton. Dimana posisi Arema waktu itu? Yang pasti, klub itu belum mengejawantah sebagai sebuah komunitas sepak bola. Ia masih jadi sebuah utopia.

Adalah Acub Zaenal mantan Gubernur Irian Jaya ke-3 dan mantan pengurus PSSI periode 80-an yang kali pertama punya andil menelurkan pemikiran membentuk klub Galatama di kota Malang setelah sebelumnya membangun klub Perkesa 78. Jasa Sang Jenderal tidak terlepas dari peran Ovan Tobing, humas Persema saat itu. Saya masih ingat, waktu itu Pak Acub Zainal saya undang ke Stadion Gajayana ketika Persema lawan Perseden Denpasar, ujar Ovan. Melihat penonon membludak, Acub yang kala itu menjadi Administratur Galatama lantas mencetuskan keinginan mendirikan klub galatama. You bikin saja (klub) Galatama di Malang, kata Ovan menirukan ucapan Acub.

Beberapa hari setelah itu, Ir Lucky Acub Zaenal putra Mayjen TNI (purn) Acub Zaenal mendatangi Ovan di rumahnya, Jl. Gajahmada 15. Ia diantar Dice Dirgantara yang sebelumnya sudah kenal dengan dirinya. Waktu itu Lucky masih suka tinju dan otomotif, katanya. Dari pembicaraan itu, Ovan menegaskan kalau dirinya tidak punya dana untuk membentuk klub galatama. Saya hanya punya pemain, ujarnya. Maka dipertemukanlah Lucky dengan Dirk Derek Sutrisno (Alm), pendiri klub Armada 86.

Berkat hubungan baik antara Dirk dengan wartawan olahraga di Malang, khususnya sepakbola, maka SIWO PWI Malang mengadakan seminar sehari untuk melihat "sudah saatnyakah Kota Malang memiliki klub Galatama?" Drs. Heruyogi sebagai Ketua SIWO dan Drs. Bambang Bes (Sekretaris SIWO) menggelar seminar itu di Balai Wartawan Jl. Raya Langsep Kota Malang. Temanya "Klub Galatama dan Kota Malang", dengan nara sumber al; Bp. Acub Zainal (Administratur Galatama), dari Pengda PSSI Jatim, Komda PSSI Kota Malang, Dr. Ubud Salim, MA. Acara itu dibuka Bp Walikota Tom Uripan (Alm). Hasil atau rekomendasi yang didapatkan dari seminar: Kota Malang dinilai sudah layak memiliki sebuah klub Galatana yang professional.

Harus diakui, awal berdirinya Arema tidak lepas dari peran besar Derek dengan Armada 86-nya. Nama Arema awalnya adalah Aremada-gabungan dari Armada dan Arema. Namun nama itu tidak bisa langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema`86. Sayang, upaya Derek untuk mempertahankan klub Galatama Arema`86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terseok-seok karena dihimpit kesulitan dana.

Dari sinilah, Acub Zaenal dan Lucky lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86 supaya tetap survive. Setelah diambil alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi Arema dan ditetapkan pula berdirinya Arema Galatama pada 11 Agustus 1987 sesuai dengan akte notaris Pramu Haryono SHalmarhumNo 58. Penetapan tanggal 11 Agustus 1987 itu, seperti air mengalir begitu saja, tidak berdasar penetapan (pilihan) secara khusus, ujar Ovan mengisahkan.

Hanya saja, kata Ovan, dari pendirian bulan Agustus itulah kemudian simbol Singo (Singa) muncul. "Agustus itu kan Leo atau Singo (sesuai dengan horoscop),"imbuh Ovan. Dari sinilah kemudian, Lucky dan, Ovan mulai mengotak-atik segala persiapan untuk mewujudkan obsesi berdirinya klub Galatama kebanggaan Malang.

Awal mula berdirinya Klub Arema

KETIKA Kompetisi Galatama semarak di beberapa kota besar, Malang tenang tenang saja. Kalau mau menyaksikan pertandingan Galatama, orang Malang harus lari ke Surabaya untuk menyaksikan Niac Mitra. Padahal Malang layak untuk mendirikan sebuah klub Galatama. Namun Arema pun berdiri. Bagaimana sejarah Arema? "Papi minta ada klub Galatama di Malang." Sepenggal kalimat yang diucapkan Ir Lucky Acub Zaenal kepada Ovan Tobing itulah, barangkali menjadi tonggak awal berdirinya sebuah tim kebanggaan kota Malang yang kini dikenal dengan nama Arema Singo Edan.

Papi yang dimaksud adalah julukan Brigjen (Pur) Acub Zaenal, yang tak lain adalah ayah Lucky sendiri. Sebagai Administrator Galatama saat itu, 'jendral' demikian Acub Zaenal akrab dipanggil, memang berobsesi Malang punya klub Galatama. Keinginan menggebu 'jendral', bermula ketika dia hadir di Stadion Gajayana menyaksikan duel Persema Malang, Perseden Denpasar dan Persegres Gresik. Banyaknya penonton yang menyaksikan pertandingan itu.

Selang beberapa hari kemudian, Acub mengutus Lucky untuk menemui Ovan Tobing. Kebetulan, Ovan saat itu adalah Humas Persema. "Bang, Papi minta ada klub Galatama di Malang," ujar Lucky kala itu kepada Ovan menyampaikan pesan sang ayah. Di Malang, memang sudah berdiri klub sepak bola Armada`86 milik Dirk Soetrisno atau yang biasa dipanggil Derek--almarhum. Derek pun lantas dirangkul. Harus diakui, awal berdirinya Arema tidak lepas dari peran besar Derek dengan Armada 86-nya. Nama Arema awalnya adalah Aremada--gabungan dari Armada dan Arema. Namun nama itu tidak bisa langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema`86. Sayang, upaya Derek untuk mempertahankan klub Galatama Arema`86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terseok-seok karena dihimpit kesulitan dana.

Dari sinilah, Acub Zaenal dan Lucky lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86 supaya tetap survive. Setelah diambil alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi Arema dan ditetapkan pula berdirinya Arema Galatama 11 Agustus 1987 sesuai dengan akte notaris Pramu Haryono SH--almarhum--No 58. "Penetapan tanggal 11 Agustus 1987 itu, seperti air mengalir begitu saja, tidak berdasar penetapan (pilihan) secara khusus," ujar Ovan mengisahkan. Hanya saja, kata Ovan, dari pendirian bulan Agustus itulah kemudian simbol Singo (Singa) muncul. "Agustus itu kan Leo atau Singo (sesuai dengan horoscop)," imbuh Ovan.

Dari sinilah kemudian, Lucky dan, Ovan mulai mengotak-atik segala persiapan untuk mewujudkan obsesi berdirinya klub Galatama kebanggaan Malang. Segala tetek-bengek mulai pemain, tempat penampungan (mess pemain), lapangan sampai kostum mulai diplaning. Bahkan, gerilya mencari pemain yang dilakukan Ovan satu bulan sebelum Arema resmi didirikan. Pemain-pemain seperti Maryanto (Persema), Jonathan (Satria Malang), Kusnadi Kamaludin (Armada), Mahdi Haris (Arseto), Jamrawi dan Yohanes Geohera (Mitra), sampai kiper Dony Latuperisa yang kala itu tengah menjalani skorsing PSSI karena kasus suap, direkrut.

Bahkan pelatih sekualitas Sinyo Aliandoe, juga bergabung. Hanya saja, masih ada kendala yakni menyangkut mess pemain. Beruntung, Lanud Abd Saleh mau membantu dan menyediakan barak prajurit Pas Khas untuk tempat penampungan pemain. Selain barak, lapangan Pagas Abd Saleh, juga dijadikan tempat berlatih. Praktis Maryanto dkk ditampung di barak. "TNI AU memberikan andil yang besar pada Arema," papar Ovan.
Latihan fisik seperti militer
SEBENARNYA niat baik Lanud Abd Saleh yang mengulurkan tangannya dengan menyediakan mess kepada Arema merupakan suatu hal yang luar biasa. Praktis sejak saat itu, mereka ditampung di barak dalam rangka mempersiapkan sebuah tim solid yang mampu berbicara banyak. Selain barak, lapangan Pagas Abd Saleh, juga diperuntukkan sebagai tempat berlatih. "TNI AU memberikan andil yang besar pada sejarah perkembangan Arema," papar Ir Lucky Acub Zaenal. Karena sampai Arema 'besar' (sekarang), Lapangan Pagas masih menjadi tempat berlatih pemain-pemain Arema. Menariknya, saat itu pemain-pemain Arema berlatih fisik layaknya prajurit militer.

Maryanto dkk digembleng fisik di hutan yang masih berada di kawasan Lanud Abd Saleh. Pemain berlari zig-zag diantara rimbunnya pohon. Sebagai klub yang baru berdiri di kancah Galatama, keberadaan Arema sempat menarik perhatian khalayak. Bagaimana sih tampilan tim baru itu? Beruntung, debut perdana Arema kala itu mampu menarik perhatian publik Malang. Arema mendapat kesempatan langka untuk uji coba dengan tim elite asal Negeri Ginseng Korea Selatan (Korsel), Haleluya. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Kesempatan itu diperoleh Arema sewaktu Haleluya sedang melakukan pertandingan eksebisi di Indonesia.

Kemudian digandenglah Haleluya untuk bertanding dengan Arema di Stadion Gajayana. Awal debut Arema itu mendapat perhatian besar masyarakat. Mereka berbondong-bondong ke Gajayana. Tiketpun ludes. Ternyata, laga perdana Arema tidak seperti yang diharapkan. Di lapangan Arema menjadi bulan-bulanan pemain-pemain Haleluya yang sarat pengalaman. Kekalahan 5-0 tanpa balas itu berbuntut kekecewaan penonton. Makian dan umpatan tak habis-habisnya dialamatkan kepada 'bayi' Arema. Pokoknya entek-entekan (habis-habisan). Sekedar catatan, salah satu pemain Haleluya yang berlaga di partai eksebisi dengan Arema kala itu, ternyata diketahui sebagai kakak kandung Han Yong Kuk, legiun asing asal Korsel yang dimiliki Arema diguliran LI VII 2001.
Namun, Arema terus berbenah. Pelajaran mahal dari Haleluya dijadikan acuan untuk perkembangan ke depan. Cacian maupun makian dijadikan cambuk. Toh, berdirinya Arema juga sempat mengundang kecurigaan aparat waktu itu. Maklum, sebutan Arema identik dengan dunia sindikat, geng, dan segala tetek-bengek berbau kriminal. Buntutnya, Ovan Tobing terpaksa harus bolak-balik untuk dimintai keterangan aparat TNI. Namun, lewat upaya keras yang meletihkan, akhirnya Arema yang motivasi awal didirikan untuk mengangkat martabat dan harga diri warga Malang itu perlahan-lahan mulai berkibar. 

Lagu Arema

DAFTAR LAGU AREMA:



Arema Voice - Singa Bola 
Arema Voice - Api Jiwaku 
Arema Voice - Bantai 
Arema Voice - Hapus Dia Dari Aku
Arema Voice - Aku (New Version)
Arema Voice - Kita Di Sini Arema
Arema Voice - Kita Di Sini Arema ( Versi Perkusi )
Arema Voice - Lagu Cinta Damai
Arema Voice - Menang Kalah
Arema Voice - Ruang Dan Waktu
Arema Voice - Singo Edan
Arema Voice - Hapus Dia Dariku
Arema Voice - Masih Ada Terang Indonesiaku
Arema Voice - Malaikat Kecilku
Arema Voice - Nafas Arema
Arema Voice - Selamat Jalan
Arema Voice - Aku
Arema Voice - Aku ( Versi Baru )
Arema Voice - Tegar
Arema Voice - Selalu Setia
Arema Voice - Indonesiaku
Arema Voice - Selamat Jalan


Arema Voice.Rar DOWNLOAD

D' Kross - Sore Ini ( Kita Harus Menang )
D'Kross - Bhumi Arema
D' Kross - Bhumi Arema ( Remix Disco )
D'Kross - Cambuk Malaikat ( PSSI B*****t )
D' Kross - Malang Ke Bulan
D'Kross - Singo Edan
D'Kross - Satu Jiwa
D'Kross - Kami Selalu Ada
D'Kross - Daboribo ( Damai Boleh Ribut Boleh )
D'Kross - Singo Edan

D'Kross - Jamaah Aremania
D'Kross - Kabar Damai
D'Kross - Kabar Damai feat Anto Baret

D'Krossari - Cambuk Malaikat
D'Krossari - Satu Jiwa
D'Krossari - Sore Ini
D'Krossari - Welcome Home

Can A Rock Ft Yuli Sumpil - Ongis Nade
Can A Rock - Mars Arema
Can A Rock - Api Arema

Yuli Sumpil - Ongis Nade

Djanoer - Arema Milik Kita Semua

The Klokid - Mars Aremania

Farel Haidir - Generasi Biru ( Aremania Licek )

Rainbow In Sunset - Arema Indonesia

Shodiq O.M Monata - Arema
Yoyo' Daker - Juara Kadit asayaker
DJ Kaltara - Arema
Sensasi Arema Arema Live Konser Bukan Manusia Arema
Mazel Band - Arema Jaya Yel Yel
Arema Venta - Singo Edan

A.P.A Rapper Of Aremania - Save Arema
A.P.A Rapper Of Aremania - Koen Jare Sopo ( Kamu Kata Siapa ? )
A.P.A Rapper Of Aremania - Hei Aremania
A.P.A Rapper Of Aremania - Hati Jiwa Raga

A.P.A Rapper Of Aremania - Salam Satu Jiwa